Layanan

1. Coaching (Program-program Coaching Kami dapat membantu Sauadara dan Tim Saudara untuk memberikan yang terbaik)

2. Consulting (Kami memiliki Spesialisasi yang mampu memberdayakan Bisnis dari sisi manusia untuk kesuksesan jangka panjang yang berkelanjutan)

3. Training (Program Training yang interaktif dan menarik dari kami dirancang untuk mengubah pola pikir dan membekali peserta dengan keterampilan baru)

4. Recriutment (Kami dapat membatu dalam mencari dan memilih orang terbaik untuk mendukung bisnis Saudara bergerak maju)

Tuesday, December 18, 2018

BERI IKANNYA ATAU BERI KAILNYA?


Beri ikannya?
Atau beri kailnya?

Saat kita hidup mapan dan berusaha membantu orang-orang di sekitar kita, maka orang bijak pun menasehati, "Beri kailnya. Bukan ikannya. Dengan kail, ia bisa memancing dan menafkahi hidupnya setiap hari. Tapi kalau cuma ikan, itu hanya mencukupi hidupnya satu-dua hari saja."

Lantas, apa pendapat saya? Soal kail ini, menurut saya, bisa benar atau tidak. Saya lebih setuju pada 'beri ilmu memancing' dan 'tunjukkan kolam pancingnya'. Hmmm, maksudnya? Begini.

Saya bahas dengan analogi kail dan ikan semata-mata karena analogi ini sudah sangat populer di tengah-tengah masyarakat. Anda pasti pernah mendengarnya. Walaupun saya pribadi tidak terlalu suka dengan dunia pancing-memancing. Dan seperti biasa, tulisan saya boleh di-share.

Kail, ini identik dengan fasilitas demi fasilitas. Kalau kita berikan, hati-hati, ini bisa memanjakan saudara kita atau sahabat kita. Bahkan melemahkan potensi mereka. Bahaya. Namanya manusia, begitu merasa nyaman atau sangat nyaman, hampir otomatis tertutup potensinya. Alih-alih menggali potensi, mereka cenderung menikmati fasilitas yang sudah ada. Betul apa betul?

Contoh, Anda berikan mobil kepada adik Anda yang tengah kuliah atau bekerja. Apakah dengan ini, si adik akan berpikir keras dan berusaha keras untuk mendapatkan sebuah mobil? Kemungkinan besar, tidak. Dia akan cenderung menikmati mobil yang sudah ada, tanpa perlu berpikir dan berusaha ini-itu lagi. Sebenarnya, kalaupun mau membantu, berikan si adik itu motor. Seken pun tak masalah. Jangan mobil.

Termasuk saat kita punya 5 restoran, lalu serta-merta kita memberikan 1 restoran kepada saudara kita atau sahabat kita. Lha, apa dia tahu ilmunya? Ingat, sepenting-pentingnya bisnis, lebih penting lagi ilmu di balik bisnis. Namanya bisnis, bisa untung bisa rugi. Tapi kalau tahu ilmunya, kita bisa mencetak untung berkali-kali walaupun sebelumnya pernah rugi. Right?

Camkan baik-baik. Kita tidak hidup selamanya. Kita tidak sehat selamanya. Bukan mustahil, kita yang meninggal duluan. Kasihan saudara kita kalau kita tidak mempersiapkan dia. Maka, kalau memang peduli dan sayang sama dia, persiapkan dia. Gembleng dia. Ajari dia. Inilah yang saya sebut 'beri ilmu memancing' dan 'tunjukkan kolam pancingnya'.

Kalaupun karena terpaksa, Anda memberikan kail, yah silakan. Tapi pastikan Anda beri kail itu sekalian dengan ilmu dan prosesnya. Sekali lagi saya ingatkan, memberi kail dan hanya kail, bisa memanjakan dia bahkan melemahkan potensi dia. Yang saya amati, saat kail ini hilang atau Anda ambil kembali, dia bisa depresi atau emosi karena memang dia tidak siap. Akan beda ceritanya kalau dia sudah tahu ilmunya.

Semoga bermanfaat.


Sumber: Ippho Santosa

Padang, -- Desember 2018 
@Amrhy_02

Monday, December 17, 2018

SI KAYA YANG SEDERHANA



SI KAYA YANG SEDERHANA

Nabi Muhammad itu kaya. Ya, kaya. Bayangkan, 25 tahun beliau berbisnis. Jangankan Nabi, orang biasa saja kalau berbisnis selama 25 tahun, disertai kejujuran, kegigihan, dan bimbingan, insya Allah kemudian pasti kaya. Itu orang biasa, apalagi Nabi!

Pernahkah beliau miskin? Pernah juga. Kapan?
- Ketika kecil saat jadi penggembala.
- Ketika istrinya dan pamannya meninggal lalu beliau diboikot.

Perhatikan baik-baik. Sewaktu kaya, beliau tetap sederhana. Rumahnya kecil. Alas tidurnya kasar. Makanan, sering beliau bagi-bagikan ke orang lain dan beliau sendiri memilih untuk puasa. Dan jangan ditanya sedekahnya, selalu besar-besaran. Sulit disaingi oleh para sahabat.

Sumber @Ipphoright


Padang Pariaman, -- Desember 2018

Tuesday, December 4, 2018

JUALAN UNTUK BERBAGI


JUALAN UNTUK BERBAGI

Jualan bukan sekedar untuk profit sesaat, tapi untuk berbagi manfaat.

Banyak jualan, banyak juga pendapatan. Bukan berarti melulu kita berpikir tentang pemasukan. Coba sisihkan waktu dan dana untuk pengeluaran yang mengagumkan.

Seperti dana charity, kita berbagi kepada sesama di muka bumi. InsyaAllah akan dititipkan rezeki yang lebih dari Ilahi..

Beberapa waktu yang lalu saya memberikan reward Liburan di Bali untuk puluhan mitra British Propolis binaan saya. Mohon do'anya agar mereka tetap istiqomah untuk menebar manfaat kepada masyarakat.

Cuplikan hari kedua, kami mengunjungi salah satu panti asuhan Hindu di Bali. Banyak pelajaran yang kami terima dan juga kami bagi. Semoga menjadi jalan untuk membuka hati untuk saling peduli.

Semoga bermanfaat...
Keep Learning abd Create Something

Sumber: Wendi Abdillah

Padang Pariaman, -- Desember 2018
@Amrhy_02

Monday, December 3, 2018

JUALAN DI SOCMED EMANG BEDA


JUALAN DI SOCMED EMANG BEDA

Berjualan di socmed tentu berbeda dengan berjualan tatap muka di pasar konvensional.

Kemungkinan besar di socmed, Anda akan berbicara dengan konsumen tanpa melihat wajahnya secara langsung. Right? Dengan begitu, Anda diwajibkan mengetahui bagaimana cara menarik minat konsumen untuk singgah di blog atau socmed Anda.

Semakin greget cara-cara yang Anda pakai, maka semakin ramai konsumen yang akan berkunjung. Mereka akan singgah, baca-baca, dan kemudian membeli. Pada akhirnya bisnis online Anda akan semakin menguntungkan.

Memang diperlukan waktu yang cukup lama untuk mempelajari ilmu socmed secara detail dan teknis. Berlanjut dengan ilmu WA marketing. Bisa 1 sampai 2 hari. Namun jika Anda sering-sering berlatih dan sering-sering menerapkan ilmu tersebut, maka Anda akan semakin ahli.

Itu artinya, Anda akan lebih mudah dan lebih cepat dalam menawarkan apapun. Mengaku gaptek adalah pertanda kemalasan dan keengganan untuk berubah. Kalau Anda masih berusia 40 tahun ke bawah, jangan pakai kata 'gaptek' itu. Memalukan.

Sebenarnya, dari segi modal, WA marketing jauh lebih ringan. Siapkan saja kelengkapan dasar seperti laptop atau smartphone. Dan, tentunya Anda juga harus memastikan bahwa kuota aman. Setelah itu, siapkan pula chat service berupa WA. Nggak rumit tho?

Percayalah, ini jauh lebih murah daripada Anda berjualan di toko atau ruko. Saran saya, "Mumpung masih muda, belajarlah ilmu socmed dan WA marketing. Coba. Dalami. Praktekkan. Insya Allah akan menghasilkan".

Sumber: IpphoRigh


Padang Pariaman, -- Desember 2018
@Amrhy_02