AKU PUTUSKAN UNTUK SELALU BAHAGIA
Anda bekerja? Merasa bahagia?
Diberitakan, pegawai di Asia cenderung kurang bahagia tentang pekerjaan mereka dibandingkan rata-rata global. Salah satu faktor ketidakbahagiaan itu adalah sulitnya berkomunikasi dengan atasan.
Perusahaan solusi personalia TinyPulse menemukan, hanya 28 persen pegawai di Asia Pasifik yang dilaporkan merasa bahagia di tempat kerja mereka. Ya, hanya 28 persen. Angka ini kecil sekali.
Pertanyaan berikutnya, benarkah kebahagiaan itu terkait erat dengan materi?
Menurut psikolog Jessamy Hibberd, hal-hal kecil bisa berdampak besar dan membuat hati kita bahagia. Seperti bertemu teman, tertawa, bersyukur, dan berbagi. Inilah hal-hal kecil yang ia sarankan. Tidak harus materi.
Btw, negara mana yang paling berbahagia? Penghargaan terbaru datang dari "The Sustainable Development Solutions Network for the United Nations" yang mengumumkan negara paling bahagia di dunia. Tiga teratas adalah Finlandia, Norwegia, dan Denmark.
Selama bertahun-tahun, tiga negara itu selalu masuk dalam lima besar.
Mungkin Anda bertanya, “Bisakah bahagia, sementara kita belum punya apa-apa?” Ternyata bisa. Penjelasan berikut ini sangat penting. Saya berharap Anda mau membacanya sampai tuntas dan mau men-share-nya.
Bukan apa-apa, agar Anda dan keluarga Anda bisa bahagia, selalu, tanpa ketergantungan terhadap uang atau apapun. Apalagi bergantung pada pemerintah. Lantas, bagaimana caranya bahagia, padahal kita belum punya apa-apa? Percayalah, ini soal keputusan, bukan soal kepemilikan.
"Saya memutuskan untuk bahagia," Batinkan seperti itu. Sekali lagi percayalah, ini soal keputusan. Kalau Anda menganggap 'punya rumah, baru bisa bahagia' maka anggapan itu cuma bertahan 12 bulan sampai 24 bulan. Nggak lama. Tapi kalau Anda memutuskan untuk bahagia entah punya atau belum punya, maka keputusan itu akan berdampak lebih lama.
Kuncinya, jangan pernah menggantungkan kebahagiaan pada hal-hal yang bersifat eksternal seperti rumah, mobil, dukungan masyarakat, kebijakan pemerintah, dst. Hendaknya digantungkan pada hal-hal yang bersifat internal seperti pikiran, perasaan, dan keputusan.
Be happy! Sekian dari saya, Ippho Santosa.
Sumber : IpphoRigh
Padang, -- November 2018
@Amrhy_02
Anda bekerja? Merasa bahagia?
Diberitakan, pegawai di Asia cenderung kurang bahagia tentang pekerjaan mereka dibandingkan rata-rata global. Salah satu faktor ketidakbahagiaan itu adalah sulitnya berkomunikasi dengan atasan.
Perusahaan solusi personalia TinyPulse menemukan, hanya 28 persen pegawai di Asia Pasifik yang dilaporkan merasa bahagia di tempat kerja mereka. Ya, hanya 28 persen. Angka ini kecil sekali.
Pertanyaan berikutnya, benarkah kebahagiaan itu terkait erat dengan materi?
Menurut psikolog Jessamy Hibberd, hal-hal kecil bisa berdampak besar dan membuat hati kita bahagia. Seperti bertemu teman, tertawa, bersyukur, dan berbagi. Inilah hal-hal kecil yang ia sarankan. Tidak harus materi.
Btw, negara mana yang paling berbahagia? Penghargaan terbaru datang dari "The Sustainable Development Solutions Network for the United Nations" yang mengumumkan negara paling bahagia di dunia. Tiga teratas adalah Finlandia, Norwegia, dan Denmark.
Selama bertahun-tahun, tiga negara itu selalu masuk dalam lima besar.
Mungkin Anda bertanya, “Bisakah bahagia, sementara kita belum punya apa-apa?” Ternyata bisa. Penjelasan berikut ini sangat penting. Saya berharap Anda mau membacanya sampai tuntas dan mau men-share-nya.
Bukan apa-apa, agar Anda dan keluarga Anda bisa bahagia, selalu, tanpa ketergantungan terhadap uang atau apapun. Apalagi bergantung pada pemerintah. Lantas, bagaimana caranya bahagia, padahal kita belum punya apa-apa? Percayalah, ini soal keputusan, bukan soal kepemilikan.
"Saya memutuskan untuk bahagia," Batinkan seperti itu. Sekali lagi percayalah, ini soal keputusan. Kalau Anda menganggap 'punya rumah, baru bisa bahagia' maka anggapan itu cuma bertahan 12 bulan sampai 24 bulan. Nggak lama. Tapi kalau Anda memutuskan untuk bahagia entah punya atau belum punya, maka keputusan itu akan berdampak lebih lama.
Kuncinya, jangan pernah menggantungkan kebahagiaan pada hal-hal yang bersifat eksternal seperti rumah, mobil, dukungan masyarakat, kebijakan pemerintah, dst. Hendaknya digantungkan pada hal-hal yang bersifat internal seperti pikiran, perasaan, dan keputusan.
Be happy! Sekian dari saya, Ippho Santosa.
Sumber : IpphoRigh
Padang, -- November 2018
@Amrhy_02
No comments:
Post a Comment